Selasa, 24 Juni 2008


Cinta Dalam Cahaya Fenomenologi Sartre


Menurut Sartre - harus dikatakan bahwa cinta ialah suatu konflik - karena dalam cinta saya harus menghadapi kemerdekaan orang lain dengan langsung. Bahwa yang lain, dalam kemerdekaannya memberikan pada saya suatu “being” yang harus saya akui sebagai “hal-mengada” dari saya sendiri.

Begitulah saya bereksistensi berkat kemerdekaan orang lain. Oleh karenanya saya tidak mempunyai suatu keamanan dan kemerdekaan. Saya tetap diancam. Kalau saya merebut kembali kemerdekaan, saya harus merebut kemerdekaan dari yang lain sehingga dia berada dalam kuasa saya.

Bagaimana itu terjadi? Tidak dalam kuasa. Yang mau dicintai tidak mau dicintai oleh seorang budak belian. Saya tidak mau menjadi obyek dari cinta mekanis.
Cinta tidak ingin mempunyai suatu otomatisme melainkan kemerdekaan dari orang lain sebagai kemerdekaan. Cinta juga tidak puas dengan suatu perjanjian dari pihak lain, suatu ikatan berdasarkan pilihan bebas yang serupa dengan setia pada diri sendiri.
Begitulah terjadi situasi paradoksal bahwa sang pencinta ingin dicintai oleh suatu kemerdekaan dan tetap ingin supaya kemerdekaan itu tidak merdeka.

Dia mau menjadi cinta - dan dari pihak lain dia menuntut supaya yang lain bersedia ditangkap dan dikurungi. Itu tidak berarti bahwa dia mau memakai yang lain sebagai alat. Dia mau menjadi seluruh dunia bagi yang dicintai. Dia bersedia menjadi obyek dari yang lain tapi sedemikian rupa sehingga yang lain bersedia menghilangkan dirinya dalam yang mencintainya sebagai hal yang mendasarkan eksistensinya. Yang mencintai tidak mau berpengaruh terhadap kemerdekaan dari yang dicintai. Dia mau hidup sebagai batas dari kemerdekaan itu. Yang lain harus menerima batas itu supaya bisa menjadi merdeka.

Dalam hal itu yang dicintai mengalami relasinya dengan yang mencintai. Yang dicintai mendasarkan kemerdekaannya dalam hal mengada dari sang pencinta. Tapi itu juga berlaku bagi yang lain. Rupanya bahwa eksistensi dari yang mencintai mendapat fundamennya dari yang dicintai. Itu benar andaikata cinta bisa menjadi kemungkinan. Andaikata cinta menjadi kemungkinan saya mendasarkan pour soi saya dalam en soi orang lain. Saya selamat dan tidak merasa de trop (terlalu banyak). Tapi segala itu tadi ialah suatu ilusi.

Berdasarkan pengalaman, kita tahu bahwa cinta ialah suatu usaha yang mempunyai proyek diri sebagai titik tolak yang harus menimbulkan suatu konflik. Yang dicintai menangkap yang lain sebagai obyek, memakai diri kalau menyinari dia dalam cahaya pandangannya yang menjadi lampu kuat seperti reflektor-reflektor yang menyinari benda. Mereka tetap terpisah. Mencintai artinya mencintai supaya dicintai. Keduanya menjadi orang yang diborgol, satu mengikat yang lain, dan ingin menjadi sebab dari hal itu.

Masing-masing ingin supaya yang lain mencintainya tanpa mengetahui bahwa mencintai justru berarti ingin dicintai dan dalam usaha ini orang yang mencintai ingin supaya yang lain ingin bahwa dia mencintai yang lain itu. Cinta ialah hal buatan yang terdiri dari jumlah yang tak terhingga besarnya dari petunjuk-petunjuk di mana satu menunjuk yang lain yang di dalamnya masing-masing mempertahankan “hal-mengada-lain” milik dia supaya bisa mendasarkan eksistensinya yang tidak bisa hidup tanpa yang lain, tanpa mencintai yang lain itu. Kedua pour soi terpisah oleh “nothingness”.

Cita-cita dari cinta ialah proyek yang gagal. Dua orang yang saling mencintai tetap tertangkap dalam faktisitas, setiap waktu yang lain bisa menciptakan saya sebagai obyek. Dari itu terjadi rasa tidak aman, rasa malu. Kalau yang lain tidak mengobyekkan saya itu bisa terjadi oleh orang lain. Karena itu dua orang yang jatuh cinta mencari keadaan sepi, tanpa berhasil menghilangkan keyakinan bahwa kita berksistensi di muka kesadaran orang lain dan mengetahui hal itu.

Manusia sebagai kesadaran tergantung dari yang lain sebagai orang yang bukan dia. Saya menjadi “hal-tak-mengada” dari yang lain. Kalau saya mau merebut cinta dari yang lain, saya berada dalam bahaya diobyekkan oleh yang lain dan hilang hal-mengada dari saya sendiri. I lose my own being. Yang lain mengatakan saya siapa. Orang yang setia pada diri sendiri memisahkan dirinya dari yang lain.

Tidak ada komentar: