Dialektika Mater-Realisme
Dalam keagungan terkandung unsur-unsur: kesempurnaan, keindahan, keperkasaan, dan kelembutan. Hanya yang agung yang mampu menyatukan hal-hal yang berlawanan, sehingga dari sana, kesempurnaan akan dicapai, sebab tidak ada lagi benar-salah, baik-buruk, memberi-menerima. Sesuatu yang sempurna pastilah memancarkan keindahan, dan hanya keindahan yang memiliki daya dobrak berupa keperkasaan. Dan di dalam keperkasaan itu sesungguhnya bersemayam kelembutan.
Dengan demikian dialektika dengan Realitas Yang Agung seharusnya menjadi upaya setiap hati untuk meraih Kekasih, agar mencapai kebahagiaan dalam kesatuan dengan Dia. Kita dicipta melalui tanazzul, atau Turunnya Wujud dengan Penyingkapan Tuhan, (“Aku adalah Khazanah Tersembunyi dan Aku ingin dikenali, oleh karena itu Aku menciptakan makhluk supaya Aku dikenali.”), adalah turunnya manusia melalui perwujudan dari ketiadaan di dalam Pengetahuan Allah sampai perwujudan lahiriah di dunia, yang mana disebut sebagai “kenaikan yang terjabar” (‘uruj al-tarkib). Jalan Kembali manusia melalui perwujudan tadi, dharma, disebut sebagai “kenaikan spiritual yang menyatu” (mi’raj al-tahlil). Penyingkapan Tuhan yang membuat adanya Penurunan (tanazzul) ini adalah supaya manusia meniti kembali Pancaran Cahaya Tuhan untuk kembali kepada Sang Sumber Suci.
Jadi, dialektika dengan Realitas Yang Agung tak bisa ditawar lagi. Akhirnya tak ada hidayah yang paling berharga kecuali kita kedunungan kawruh yang membuat rasa tenteram di dalam diri kita, serta membuahkan kerukunan dalam pasrawungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar