Rabu, 04 Juni 2008


Ideologi Phobia

Masih banyak orang takut atau trauma dengan kata ideologi. Itu semua karena salah mengartikan dan memahaminya. Padahal ideologi maknanya dalah suatu ilmu yang mempelajari tentang gagasan. Gagasan tersebut adalah berupa bagaimana memaknai hidup, mau kemana, menggunakan apa, dan bagaimana caranya.

Dalam kebudayaan, ideologi menjadi nyata karena merupakan institusi inti dari kebudayaan itu sendiri. Ideologi, adalah sekumpulan cita-cita, keyakinan-keyakinan, dan nilai-nilai dasar yang hendak dijunjung tinggi sebagai acuan moral bertindak bersama. Ideologi boleh juga disebut Filsafat Ilmu Pengetahuan. Dimana obyek penelitiannya adalah manusia, yang mengarungi alam semesta, kembali ke Sang Pencipta. Oleh karena agar perjalanan manusia yang mengarungi alam semesta menuju ke Penciptanya agar baik adanya, maka diperlukan etika. Jadi ideologi merupakan cita-cita luhur manusia sebagai makhluk mulia yang mau kembali kepada Sang Pencipta. Etika diperlukan bukan saja sebagai bentuk keyakinan-keyakinan yang hendak dijunjung tinggi sebagai acuan moral bertindak, melainkan juga sebagai bingkai agar yang kita cari di dunia fana ini tidak menyimpang dari Kehendak Sang Khalik.

Untuk itulah manusia memerlukan agama yang tentu saja memuat seluruh nilai-nilai dasar. Agama dalam artian hidayah atau pimpinan dan petunjuk dari Allah tentang masalah-masalah sosial. Karenanya manusia dituntut untuk mampu melahirkan; tempat untuk kehidupan, akomodasi di dalam masyarakat¾asimilasi budaya di berbagai bidang kehidupan¾proses ekonomi yang berlandaskan pada kompetisi untuk saling memenuhi kebutuhan dengan seadil-adilnya¾dan kancah politik yang mencerminkan keserasian dalam menyampaikan pendapat, keserasian dalam berkomunikasi, dan keserasian dalam mencapai tujuan bersama.

Manusia yang berideologi artinya manusia yang hidup dalam tata nilai, bentuk, dan struktur masyarakat, serta kebudayaan tertentu. Oleh karenanya, hidup itu sendiri harus diaktualisasikan dalam proses sosial untuk mencapai martabat kehidupan yang paripurna. Yaitu, manusia seutuhnya yang berbudaya yang dicirikan dalam sikap pribadi dan sikap sosialnya. Sikap pribadi tercermin dalam kemerdekaan, kesusilaan, dan kemandirian. Sedang sikap sosial, mencerminkan keadilan, kesejahteraan, dan keberadaan.

Karena dalam bereksistensi manusia selalu dihadapkan pada berbagai tantangan, maka tantangan tersebut harus diatasi dengan keseimbangan akhlak dan intelektual. Tatanan ini berangkat dari konsep bahwa manusia adalah makhluk mulia, terbaik, pejuang, penyembah, dan penakluk alam. Oleh sebab itu, kenapa takut?

Tidak ada komentar: