Memastikan Ketidakpastian
Ketidakpastian lahir dari situasi yang tak menentu. Bisa karena itu berasal dari gejala alam, bisa juga karena hati kita yang tak mampu membaca tanda-tanda zaman. Ketidakpastian membuat kita ragu-ragu untuk melangkah. Sehingga secara sosial kita mengalami kemandegan. Apa makna itu semua? Maknanya ialah agar kita bersikap proaktif untuk membuat ketidakpastian menjadi sebuah kepastian. Ketidakpastian lahir dari manusia yang hidupnya berada di dalam lingkaran kekhawatiran. Ia melulu berfokus pada kelemahan orang lain, sikap menyalahkan dan menuduh, selalu menggunakan bahasa yang reaktif, serta meningkatkan perasaan menjadi korban.
Memastikan ketidakpastian adalah sebuah upaya keluar dari lingkaran kekhawatiran dan mengembangkan lingkaran pengaruh. Dengan cara, memfokuskan energi kita untuk memecahkan masalah, bukan malah menjadi penyebab masalah, mengubah diri, dan memilah masalah atas dasar: kendali langsung, kendali tak langsung, dan yang di luar kendali.
Membaca tanda-tanda zaman, merupakan cara yang lebih advanced, yang memerlukan pengetahuan yang luas serta kepekaan menangkap isyarat-isyarat alam semesta. Dewasa ini kita bisa melihat ada sepuluh tanda-tanda jaman yang harus diwaspadai karena jika tanda-tanda ini sudah ada, maka itu berarti bahwa sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran.
Tanda-tanda yang dimaksud adalah: [1] meningkatnya kekerasan dikalangan remaja, [2] penggunan bahasa dan kata-kata yang memburuk, [3] pengaruh peer-group yang kuat dalam tindak kekerasan, [4] meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas, [5] semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, [6] menurunnya etos kerja, [7] semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, [8] rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, [9] membudayanya ketidakjujuran, dan [10] adanya rasa saling curiga dan kebencian diantara sesama.
Kesepuluh tanda-tanda zaman itu kini tengah hadir berupa virus akal-budi yang terus membiak menggerogoti bangsa kita. Masihkah kita terus berpangku tangan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar