Jumat, 13 Juni 2008

Kesetiaan

Tak ada yang melebihi keindahan selain kesetiaan. Lahir dari integritas, kejujuran, dan komitmen. Integritas adalah melaksanakan segala sesuatu dengan kesungguhan dan ketulusan hati. Sedang kejujuran adalah sebuah sikap dimana kita dituntut untuk konsisten terhadap segala yang kita ucapkan. Ia lahir dari budi nurani menjadi suara hati. Manakala kita terpisah dari bekerjanya budi nurani, maka kejujuruan menjadi hal yang tak mungkin. Karenanya, tak ada yang lebih berharga dalam kehidupan ini selain kejujuran. Komitmen adalah sebuah kerja membuat janji dan memenuhinya. Manusia yang tak memiliki janji adalah manusia yang tak memiliki tanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Ia akan bergantung pada orang lain dan karenanya tak memiliki hidup yang hakiki. Tak tentu arah, dan oleh sebab itu ia menjadi manusia yang sekadar hidup.

Persoalannya adalah, kita selalu memandang kesetiaan sebagai sesuatu yang mahal, yang sulit, dan karenanya orang takut membuat janji. Paradoks ini adalah sebuah pergulatan menuju mencari pijakan. Pijakan untuk memposisikan diri seraya mengambil tanggung jawab penuh atas diri kita pribadi. Jika orang lain kita perlukan, maka sesungguhnya ia adalah tempat kita bercermin. Cermin adalah alat pantul yang dengannya segala sesuatu menampakkan kejujuran. Dengannya pula kita diajarkan memandang sesuatu seperti apa adanya.

Kesetiaan memiliki makna sesaji raja suya, sebuah dedikasi atau pengabdian kepada yang selayaknya menjadi raja atas manusia yaitu budi nurani. Ketaksetiaan lahir karena dunia batin dikalahkan oleh hal yang lahir. Padahal yang seharusnya memimpin dan mengarahkan hidup manusia adalah batinnya bukan hal lahir yang mudah diperintah oleh nafsu. Atas keadaan itulah manusia perlu melatih jiwanya agar antara yang lahir dan yang batin manunggal, menyatu dalam satu kedudukan yang luhur bersama-sama mengarahkan manusia menuju kebahagiaan lahir-batin.

Kesetiaan juga mengandaikan adanya purifikasi, atau pemurnian diri dalam bentuk menanggalkan segala perhiasan lahiriah dan mulai mengenakan perhiasan batiniah berupa perbuatan kebajikan pada segala ciptaan Tuhan. Datanglah dengan penuh cinta, kemurahan, kehormatan, dan kemuliaan, maka diri kita akan selangkah demi selangkah meniti tangga dari jiwa yang memerintah ke jiwa yang sempurna.

Tidak ada komentar: