Lagu Musim Gugur
Musim gugur selalu berangin kencang. Daun-daun menguning, gugur, dan mengering di bumi. Tanah-tanah mulai merekah, dan suasana malam mengantarkan kita pada kerinduan akan hujan. Bulan purnama, anak-anak bermain di halaman, mendendangkan lagu-lagu kesayangan.
Pada hakikat hidup manusia, gugur bisa mempunyai banyak makna. Gugur gunung misalnya, adalah sebuah kerja gotong-royong dimana untuk masing-masing orang yang terlibat, tidak menerima upah. Mereka bekerja untuk keperluan bersama, untuk komunitasnya atau salah satu anggotanya. Jadi tidak ada imbalan apapun yang secara langsung mereka terima. Ini adalah bentuk kepedulian sosial yang telah teruji sebagai tradisi yang telah mengakar lama.
Gugur, juga bisa bermakna mati di medan laga karena membela sebuah keyakinan atau moral. Gugur di medan laga adalah impian setiap ksatria, impian untuk memberi makna pada kehidupan yang diyakininya bahwa nirvana hanya bisa dicapai melalui samsara. Bilur-bilur luka menghias hati yang seluruhnya diarahkan untuk memenangkan perang tanding di Tegal Kurusetra.
Sementara itu, musim, adalah waktu suksesif dimana nyakramanggilingan-nya kehidupan berulang dengan tanda-tanda yang selalu mudah dibaca. Begitu sehingga manusia pun semakin saksama dalam menghadapi perubahan dengan cara menghayatinya musim demi musim. Seluruh keraguan sirna karena dirinya telah menyatu dengan semesta, semesta yang menghidupi dan dihidupinya.
Musim tak hanya menghadirkan nada tetapi juga irama. Setiap musim mempunyai nada dan iramanya sendiri. Kala hujan pertama, petani sibuk menyiapkan ladang atau sawahnya untuk ditanami. Hewan dan tumbuhan mulai mempersiapkan diri untuk menuju dewasa, mempersembahkan bunga, dan lalu akan berbuah. Lebah-lebah juga bekerja keras untuk mengumpulkan madu bagi Ratunya. Burung-burung mempersiapkan sarangnya, untuk bertelur dan lalu menetaskannya, agar ketika panen tiba ia mudah mencari makan untuk anak-anaknya. Dengan begitu, musim hujan adalah berkah bagi seluruh makhluk hidup, karena dengannya setiap eksistensi menemukan ruang dan rongga untuk menuju sempurna.
Kemarau selalu menghadirkan rasa was-was. Namun ia adalah sarana untuk menempa kemampuan bertahan setiap makhluk Kemarau di hati adalah tempat bersemainya kerinduan dan cinta yang nantinya akan menjelma sebagai dharma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar